Cinta itu bermusim,
Saat musim kemarau,
Ada cemburu yang bisa membakar
Ada rindu yang meresahkan kalbu.
Namun percayalah,
kemarau waktu yang tepat untuk meresapi kehangatan mentari cinta dengan utuh.
juga kesempatan untuk mengeringkan hati yang gerimis.
Saat musim gugur,
Ada impian yang tak sesuai kenyataan,
Ada kekaguman yang tak tersampaikan.
Ada perasaan yang tak mampu diekspresikan.
Namun percayalah,
Daun yang gugur kan berganti dengan daun yang lebih indah
Butuh kesabaran untuk melihatnya merekah.
Saat musim salju,
Ada dingin yang merasuk,
Ada kehampaan yang menumpuk,
Ada kesendirian yang seakan menusuk.
Namun percayalah,
Kita bisa memilih untuk mempersiapkan bola salju cinta yang kan dibangun kelak.
Saat musim hujan,
Cinta mampu menghujani hati yang sunyi.
Menghidupkan kembali semangat yang nyaris berkarat.
Sebelum hujan turun, buatlah bak penampung yang cukup besar.
untuk menampung energi cinta yang tercurah.
Jumat, 19 September 2014
Selasa, 02 September 2014
Kisah Cinta Saidina Ali dan Saidatina Fatimah Az-Zahra
Ada rahasia terdalam di hati Ali
yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri
tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada
suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang
dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia
bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya
dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang
Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu
bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang
semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam
diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi
mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Langganan:
Komentar (Atom)
